Scroll untuk baca artikel
Lifestyle

6 Fakta Menarik Masjid Sheikh Lotfollah, Mahakarya Arsitektur Iran yang Dibangun Selama 16 Tahun

32
×

6 Fakta Menarik Masjid Sheikh Lotfollah, Mahakarya Arsitektur Iran yang Dibangun Selama 16 Tahun

Sebarkan artikel ini

Detik Tegal, Jakarta – Masjid Syekh Lotfollah merupakan salah satu mahakarya arsitektur Iran yang dibangun pada masa dinasti Safawi, terletak di sisi timur Alun-alun Naqsh-i Jahan, Esfahan, Iran. Pembangunan candi dimulai pada tahun 1603 dan berakhir pada tahun 1619, serta berlangsung selama 16 tahun.

Melansir Iran Travel, Minggu 7 April 2024, masjid ini dibangun oleh kepala arsitek Mohammad Reza Isfahani pada masa pemerintahan Shah Abbas I dari Persia. Atas saran Arthur Upham, Reza Shah Pahlavi merestorasi dan memugar masjid tersebut pada tahun 1920-an.

Tujuan dari masjid ini adalah menjadi milik pribadi istana kerajaan, berbeda dengan Masjid Syah yang terbuka untuk umum. Oleh karena itu, masjid ini tidak memiliki menara dan berukuran kecil.

Masjid Syekh Lotfollah memiliki lebih banyak hal selain lokasinya dan kapan didirikan. Berikut enam fakta menarik Masjid Syekh Lotfolla yang dihimpun dari berbagai sumber oleh Tim Lifestyle Detik Tegal.

1. Beri nama masjid tersebut

Sepanjang sejarahnya, gereja ini telah disebut dengan beberapa nama. Bagi birokrat kenamaan Iran Sayyid Zain al-Abidin Junabadi, masjid ini adalah Masjid Kubah Besar (Masjed-e kubbat-e ‘azim) dan Masjid Kubah (qubbat masjed).

Sementara itu, sejarawan modern Iskandar Munshi menyebut masjid tersebut sangat bersih dan indah. Di sisi lain, turis Eropa seperti Jean Chardin menyebut masjid tersebut dengan nama saat ini, dan nama Syekh Lutfallah juga dicantumkan dalam prasasti Alquran di dalam masjid oleh kaligrafer Iran Bakir Banai.

Catatan bendahara kerajaan, Muhib Ali Beg, menunjukkan bahwa gaji imam diambil langsung dari dana keluarga kerajaan. Semua ini menunjukkan bahwa bangunan ini tidak hanya dinamai Syekh Lutfallah, tetapi juga bahwa imam terkenal ini adalah salah satu imam pertama istana masjid.

3. bagian dalam gereja

Untuk menghindari keharusan berjalan melintasi alun-alun menuju masjid, Shah Abbas menugaskan arsitek Ali Kapu untuk membangun terowongan melalui alun-alun dari istana hingga masjid. Untuk mencapai pintu masuk masjid, kita harus melewati terowongan yang berkelok-kelok hingga mencapai bangunan induk.

Penjaga berdiri di sepanjang lorong ini, dan tujuan jelas dari desain ini adalah untuk melindungi sebanyak mungkin wanita harem agar tidak memasuki gedung. Saat ini, gerbang ini terbuka untuk pengunjung dan lorong di bawah alun-alun tidak lagi digunakan.

Pintu masuk Masjid Syekh Lotfollah berbentuk bulan sabit tersembunyi, mirip dengan pintu masuk Grand Bazaar dan Masjed-e Shah. Selain itu, fasad bawah dan pintu candi terbuat dari marmer, sedangkan ubin tujuh warna dan mozaik polikrom menghiasi bagian atas candi.

Karya kaligrafi dan ubin melampaui apa pun yang diciptakan di dunia Islam dalam keindahan dan kualitas. Kaligrafi Ali Reza Abbasi mengawasi pengerjaan kaligrafi.

5. Terdapat kontroversi mengenai arah kiblat

Arsitek monumen tersebut adalah Mohammad-Reza Isfahani yang memecahkan masalah perbedaan arah kiblat dan pintu masuk bangunan dengan merancang ruang depan berbentuk L yang menghubungkan pintu masuk dan halaman. Prasasti Reza Abbasi di pintu masuk menunjukkan tanggal pembangunannya.

Arah utara-selatan Maidan tidak sesuai dengan sudut 45 derajat barat daya kiblat. Ciri yang disebut pashna dalam arsitektur Persia ini menyebabkan kubah tidak berdiri tegak di belakang pintu masuk.

Meskipun struktur Masjid Syekh Lotfollah sederhana, dekorasi eksterior dan interiornya sangat rumit. Terlihat bahwa bahan-bahan terbaik dan hasil karya pengrajin paling terampil digunakan dalam pembangunan masjid.

Gambar burung merak di tengah kubah bagian dalam merupakan ciri khas candi. Jika Anda berdiri di pintu masuk aula dalam dan melihat ke tengah kubah, Anda akan melihat seekor burung merak dengan ekornya seperti sinar matahari keluar dari lubang di langit-langit.

Di dalam kubah dibuat jalan panjang dan rendah menuju ruang kubah untuk alasan estetika. Ekspresi desain ini sepertinya menunjukkan bahwa tingkat rendahnya hampir terangkat dan tertekan oleh cahaya konstan dari beberapa jendela.

Mihrab di dinding barat dilapisi dengan bunga-bunga kecil di halaman rumput berwarna biru tua. Setiap bagian desain masjid, setiap lingkaran, setiap cabang dan setiap bunga mempunyai keindahan tersendiri. Namun begitu Anda memasuki candi, keindahan candi secara keseluruhan terlihat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *