Scroll untuk baca artikel
Edukasi

Ternyata Ini Rahasia Jendral Soedirman yang Dapat Lolos dari Sergapan Belanda

32
×

Ternyata Ini Rahasia Jendral Soedirman yang Dapat Lolos dari Sergapan Belanda

Sebarkan artikel ini

Jakarta – Jenderal Soedirman (Sudirman dalam teks sekarang) dikenal sebagai salah satu pahlawan nasional yang berprestasi. Ia merupakan salah satu dari sedikit orang di Indonesia yang mencapai pangkat bintang lima atau Mayor Jenderal.

Keberhasilannya selama menjadi kolonel memimpin Tentara Pertahanan Rakyat (TKR) yang berhasil mengalahkan pemberontak di Ambarawa menjadi landasan karirnya hingga menjadi Panglima TKR yang kemudian menjadi pemimpin Indonesia. Tentara Nasional (TNI).

Sudirman dikenal memiliki kemampuan yang luar biasa dan mengesankan saat memimpin pasukan TKR melawan penjajah. Kepiawaiannya dalam strategi militer sudah dikenal luas, usia, perhitungan dan perhitungan yang akurat menjadi salah satu kelebihannya.

Diketahui, Jenderal pernah berguru kepada Kiai Haji Busyro Syuhada, seorang guru besar asal Banjarnegara. Selain itu, sepertinya jenderal hebat ini juga memiliki map yang custom atau dapat diandalkan.

Namun, otak yang dimaksud tidaklah seperti lilin atau tongkat. Tapi sudah waktunya membuat tanah liat. Kedua, selalu berdoa di awal, ketiga, bertakwa dalam berperang.

Putra sulung Jenderal Sudirman, Mohamad Teguh Sudirman, banyak mendengar cerita tentang kesaktian ayahnya. Teguh lahir pada tahun 1949, saat ibunya bersembunyi di Keraton Yogyakarta, dan ayahnya sedang perang saudara.

Dia tidak pernah bertemu ayahnya, yang meninggal dua bulan setelah kelahirannya. Teguh hanya mendengar tentang Jenderal Sudirman dari ibunya, Siti Alfiah. Sebagian ceritanya adalah saat Sudirman tiba di Gunungkidul, Yogyakarta.

Soedirman tidak membiarkan prajuritnya beristirahat terlalu lama. Benar saja, beberapa menit kemudian, tentara Belanda sampai di tempat peristirahatannya.

Jika Soedirman yang sedang sakit dan lemah tidak meminta mereka segera berangkat lagi, maka perkelahian pun tidak terhindarkan. “Dan pertarunganmu bisa saja kalah,” kata Teguh.

Selain itu ada kisah Jenderal Sudirman yang berhasil melarikan diri dari kepungan tentara Belanda yang ingin menangkapnya saat ia menginap di salah satu rumah miskin di Kediri, Jawa Timur. Tampaknya salah satu kapten mengkhianatinya.

Maciyin pun membawa beberapa tentara Belanda untuk menangkap Sudirman. Kemudian seorang tentara melaporkan kepada Jenderal Sudirman bahwa tentara Belanda telah mengepung tempat persembunyiannya. Kemudian semua orang yang rendah hati ini memanggil prajuritnya untuk melantunkan zikir kepada Allah SWT.

Pertolongan Allah SWT pun datang ketika anak buah Soedirman muncul, ketika tampaknya panglima Belanda tidak setuju, ia memerintahkan untuk membunuhnya dengan cara menembak anak buah Jenderal Sudirman yang mengkhianatinya. Pasalnya, anak buahnya yang ternyata mata-mata Belanda itu terbukti melakukan sumpah palsu.

Sudirman yang selalu berseragam sepanjang kampanye juga diminta merawat orang sakit. Di sebuah desa di Pacitan, Jawa Timur, Teguh mengatakan Sudirman dan prajuritnya kelaparan karena tidak mendapat makanan selama berhari-hari.

Saat para anggota sedang beristirahat, seorang penduduk desa mendatangi mereka dan meminta air ajaib untuk menyembuhkan istri penduduk desa tersebut.

Jenderal mengambil air dari sumur dan berdoa. Ajaibnya, istri warga desa itu bisa terbangun setelah mabuk.

Warga desa tetangga pun mengajak Sudirman dan warganya untuk beristirahat. Dia memasak berbagai jenis makanan. “Kalau begitu perkenalkan saja dirimu,” kata Teguh.

Selain itu, katanya, ada kisah Jenderal Sudirman dalam Keris anti mortir. Cerita bermula ketika suara bising pesawat membangunkan desa Bajulan yang sepi pada suatu hari di awal Januari 1949.

Kemudian masyarakat Desa Nganjuk, Jawa Timur yang berada di sawah, pekarangan, dan jalanan panik dan masuk ke dalam rumah atau bersembunyi di balik pohon. Warga Nganjuk mengetahui pesawat Belanda sedang mencari gerombolan dan bisa membawa bom atau senjata.

Jirah tidak berkata apa-apa, perempuan 16 tahun itu menari-nari di dapur sambil mengira gubuknya penuh dengan pilot. Menurutnya, di rumahnya ada sembilan tamu Pak Keda (ayah angkatnya) yang menyediakan makanan dan minuman.

Meski tak paham siapa orang-orang tersebut, Jirah menduga mereka adalah tentara Belanda. Saat pesawat tiba, ia melihat seorang pria mengenakan beskap duduk di depan pintu kamar dikelilingi delapan orang.

Jirah berkata, “Aku melihat dan mendengar apa yang akan terjadi dari dapur.” Seorang laki-laki berbeskap yang dikenal semua orang dengan sebutan “Kiaine” atau Pak Kiai, menarik sebilah keris dari pinggangnya. Dia meletakkan lilin di depannya. Sembari menjelaskan penyebab jatuhnya pesawat di BSD, KNKT mulai menyelidiki seluruh jenazah orang yang kehilangan nyawa dalam kecelakaan pesawat tersebut hingga keluarganya. detiktegal.co.id 20 Mei 2024

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *