Scroll untuk baca artikel
Teknologi

Waspada Ancaman Siber di Tengah Meningkatnya Transaksi Online Jelang Lebaran

31
×

Waspada Ancaman Siber di Tengah Meningkatnya Transaksi Online Jelang Lebaran

Sebarkan artikel ini

Detik Tegal, Jakarta – Konsumen Indonesia diketahui banyak berbelanja online untuk memenuhi kebutuhan Ramadhan tahun ini.

Data survei YouGov menunjukkan setidaknya 70 persen responden berencana membeli produk fesyen, perawatan pribadi, dan kosmetik melalui berbagai platform e-commerce.

Selama musim liburan, seperti menjelang Idul Fitri, aktivitas ritel online mencapai puncaknya, sehingga ini bisa menjadi waktu yang tepat bagi penjahat dunia maya untuk mengeksploitasi kerentanan tersebut.

Di sisi lain, jumlah tim TI dan keamanan berkurang selama periode ini, sehingga memperlambat waktu respons terhadap potensi ancaman. Oleh karena itu, menurut Manajer Fortinet Indonesia Edwin Lee, pengecer online perlu proaktif.

Oleh karena itu, untuk mengantisipasi kejahatan siber selama Ramadhan dan Idul Fitri, para pedagang online perlu mengambil sikap proaktif terhadap keamanan siber karena mereka lebih sering menjadi sasaran dibandingkan industri lainnya,” ujarnya dalam keterangan resmi, Minggu (7/4). ). /2024).

Hal ini karena kecerobohan terhadap ancaman siber menciptakan serangkaian celah yang membahayakan konsumen. Beberapa di antaranya termasuk pencurian identitas dan pencurian informasi pembayaran.

Selain itu, banyaknya transaksi e-commerce di Indonesia mendorong kerentanan transaksi dan kejahatan siber.

Oleh karena itu, kegagalan dalam merespons ancaman dunia maya ini dapat mengakibatkan gangguan pada pengalaman belanja online, seperti kerusakan situs dan penundaan pemrosesan.

Untuk mengantisipasi serangan siber yang lebih intens dan bervariasi, menurut Edwin, harus ada strategi khusus. Berbagai permasalahan harus diatasi, seperti pendekatan komprehensif dan bertahap terhadap keamanan siber, termasuk teknologi, proses, dan manusia.

“Sistem intelijen ancaman harus diintegrasikan dengan arsitektur keamanan yang lebih luas untuk mendapatkan visibilitas yang lebih baik dan mengotomatiskan tindakan yang mereka ambil untuk melawan ancaman dan mencegah insiden di masa depan,” kata Edwin.

Survei Fortinet di State of SecOps Indonesia menemukan bahwa pelatihan yang tidak memadai, kurangnya kepedulian terhadap karyawan, dan komunikasi yang buruk berkontribusi terhadap peningkatan serangan siber.

Hal ini menekankan elemen manusia dalam keamanan siber dengan memiliki rencana komprehensif jika terjadi pelanggaran, memastikan cadangan data penting yang aman, dan menargetkan inisiatif pendidikan karyawan dan pelanggan untuk mengurangi risiko.

Mengkonsolidasikan layanan keamanan melalui platform yang komprehensif dapat menyederhanakan manajemen dan meningkatkan keamanan, terutama untuk bisnis global. Penting juga untuk menerapkan pendekatan zero-trust, termasuk autentikasi multifaktor.

Terakhir, Edwin juga menyoroti isu AI yang dapat berperan dalam meningkatkan keamanan siber. Ia menjelaskan, AI dapat berperan penting dalam meningkatkan keamanan siber pada platform e-commerce.

Hal ini karena AI dapat mengaktifkan otomatisasi, menghilangkan kompleksitas melalui integrasi, dan memastikan bahwa semua alat keamanan bekerja secara terintegrasi. AI juga memfasilitasi pengumpulan dan analisis data secara real-time.

“Kami telah melihat manfaat penerapan AI pada pelanggan, mengurangi waktu deteksi ancaman dari lebih dari 20 hari menjadi kurang dari satu jam, sekaligus mengurangi waktu investigasi dan remediasi dari 18 jam menjadi 15 menit atau kurang.” .

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *