Scroll untuk baca artikel
Kesehatan

Ibu Hamil Terinfeksi TB dan Tak Diobati, Dokter: Bisa Pengaruhi Janin

29
×

Ibu Hamil Terinfeksi TB dan Tak Diobati, Dokter: Bisa Pengaruhi Janin

Sebarkan artikel ini

Detik Tegal, Jakarta – Tuberkulosis atau TBC bisa dialami siapa saja, termasuk ibu hamil. Menurut Prof Erlīna Burhana, Presiden Federasi Organisasi Profesi Tuberkulosis (KOPI TB), tuberkulosis pada ibu hamil dapat berdampak buruk pada janin jika tidak segera ditangani.

“Ibu hamil penderita TBC yang tidak diobati berisiko terhadap bayinya. Yang paling umum adalah BBLR, bayi berat lahir rendah.” Oleh karena itu, berat badan anak saat lahir menjadi rendah,” kata Erleen kepada media online, Senin (25/03/2024) saat bertemu dengan Persatuan Paru-Paru Indonesia (PDPI).

BBLR, lanjut Erlene, berdampak pada tumbuh kembang anak serta status kesehatannya setelah dilahirkan.

“Bayi BBLR akan berisiko mudah sakit, mudah tertular,” kata dokter spesialis paru tersebut.

TBC sendiri dapat menular ke janin melalui plasenta atau tali pusat, hal ini dapat terjadi jika bakteri tersebut terdapat di dalam darah.

“Nah, kalau terjadi di dalam darah, TBC itu menyebar, TBC itu terjadi di seluruh aliran darah, dan itu sangat jarang terjadi.” Jadi sangat jarang TBC menular melalui tali pusat atau tali pusar.”

Jurnal Nutrisi Klinik Indonesia menunjukkan bahwa BBLR berhubungan dengan pertumbuhan. Dan menurut Erlene, keterlambatan tersebut turut menyumbang kasus TBC.

Erleen berkata, “Anak-anak yang lebih tinggi lebih mungkin terkena tuberkulosis karena semakin tinggi berarti mereka mempunyai lebih sedikit nutrisi.

Erlene menjelaskan, pasien TBC yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati dapat menularkan TBC melalui bersin, batuk, bahkan berbicara jika bakterinya tinggi.

Penyebaran epidemi ini tidak terlihat dan tidak terdeteksi, terutama ketika penderita TBC tidak terdeteksi berada di tempat umum seperti stasiun, angkutan umum, dan pusat perbelanjaan.

“Kita bisa menghirup bakteri TBC, tapi kita tidak perlu terlalu khawatir karena 70 persen orang (berisiko) tidak mengidap TBC.” Tapi 30 persennya terkena TBC setelah itu,” jelas dokter spesialis paru tersebut.

Dari 30 orang yang terinfeksi tuberkulosis, 5 sampai 10% mengembangkan tuberkulosis segera setelah dua minggu. Salah satu kelompok yang dapat tertular TBC setelah terinfeksi adalah anak-anak di bawah usia lima tahun (anak kecil).

“Kenapa? Sistem imunnya belum terbentuk sempurna.

Selain anak-anak, kelompok lain yang mudah tertular TBC adalah penderita AIDS.

Alasannya, penderita penyakit ini memiliki sistem kekebalan tubuh yang sangat rendah, kata Erleen.

“Ada korelasinya orang yang terkena TBC karena imunnya, tapi kalau orang sehat, imunnya bagus, meski banyak kuman yang masuk, tapi imunnya bisa mengendalikan bakteri tersebut. “Mikroba dalam sistem kekebalan tubuh terperangkap, tidak bisa bergerak, tidak bisa berbuat apa-apa, tidak bisa menimbulkan penyakit.”

Namun bakteri tersebut masih ada di dalam tubuh, dan suatu saat jika daya tahan tubuh menurun, kuman tersebut dapat berkembang biak dan menyebabkan TBC.

“Jadi yang penting menjaga daya tahan tubuh,” kata Erlene.

Sebelumnya, Erlene merinci kelompok masyarakat yang berisiko terkena TBC setelah terinfeksi, yaitu: Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Orang-orang tinggal serumah dengan pasien tuberkulosis. Anak-anak hingga 5 tahun. Anak usia 5-14 tahun. Remaja dan dewasa di atas 15 tahun. Narapidana Pemasyarakatan (WBP). Pekerja kesehatan. Penghuni pesantren. Kediaman barak militer. Pecandu narkoba suntik. Orang dengan imunitas rendah seperti pasien kanker, pasien tes darah, pasien transplantasi organ, dll.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *