Scroll untuk baca artikel
Lifestyle

Pemandangan Mewah Salat Idulfitri di Wonosobo yang Viral, Menghadap Langsung Gunung Sumbing

31
×

Pemandangan Mewah Salat Idulfitri di Wonosobo yang Viral, Menghadap Langsung Gunung Sumbing

Sebarkan artikel ini

Detik Tegal, JAKARTA – Masyarakat di Wonosop, Jawa Tengah, mengalami pemandangan tak lazim saat melaksanakan salat identifikasi. Bukan di masjid yang megah, namun warga memilih ruang terbuka di perbukitan yang menghadap Gunung Sumping.

Pengalaman salat IT dengan visi “mewah” diungkap akun @saiaizin di platform X, dulu Twitter. Minimal satu salat Id dengan visibilitas maksimal, tulisnya pada Rabu, 10 April 2024.

Unggahan yang viral dengan 2,2 ribu repost dan 6,7 ribu suka itu pun menuai respons dari penyanyi Gundo Aji. Uapikeee dimana ini, tulisnya di akun @KuntoAjiV.

Melihat respon para konten kreator, lokasi salat IT berada di base camp lewat Karunga, Gunung Sumping. Pengguna Ks lainnya @ Yudhavpa memperlihatkan tampilan barisan depan tanpa mengganggu umat lainnya.

Kenangan akan kalimat tauhid Lailahaillallah terlihat dalam video yang diunggah. Unggahan ini dikomentari warganet.

“Kalau keadaannya seperti ini, sepertinya tidak ada satu pun ibu-ibu yang pulang duluan, memberi alasan menunggu sumbangan,” tulis salah satu warganet.

“Alhamdulillah jemaah baru sadar kalau khutbah sudah sampai di rumah,” jawab sang pembuat konten.

“Pemandangan pegunungan selalu indah! Berapa jam waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke sini dari rumah?” Saat ditanya warganet, sang pembuat konten menjawab hanya membutuhkan waktu 30 menit dari rumahnya.

“Vonosopo lucu sekali,” sahut yang lain.

“MasyaAllah indah sekali pemandangannya,” sahut yang lain.

“Aku ingin merasakan suasana salat Iduladha di sini,” sambung warganet.

Puluhan konten terkait Idul Fitri membanjiri media sosial. Perayaan ini tidak hanya meriah namun juga indahnya toleransi dalam berbagai hal. Salah satunya saat Idul Fitri 2024, potret halaman Gereja Kayudankan di Malang, Jawa Timur, sukses menyedot perhatian sebagai tempat salat Idul Fitri.

Netizen tak segan-segan menambahkan rasa apresiasi dan toleransinya masing-masing, bahkan ada pula yang membagikan momen toleransi versinya masing-masing. Gereja Kayutangan merupakan salah satu bangunan bersejarah di Malang sehingga kisahnya semakin kencang.

Mengutip laman HKI Kaiuthangan, Rabu 10 April 2024, Pembangunan tempat ibadah yang dikenal juga dengan nama Gereja Paroki Hati Kudus Yesus ini dimulai pada 4 Juni 1897. Gereja Neo-Gotik tertua di Malang ini memiliki panjang 41 meter. , lebar 11,4 meter, dan tinggi 15,2 meter.

Banyak tokoh terkemuka ikut serta dalam pembangunan tempat ibadah yang menelan biaya 30.972 gulden tersebut. Pada angka-angka ini I.R. marius j. Sebagai desainer Halsuit; C. Vis, Van Bade dan Bourguignon sebagai pemain; dan Mulligin sebagai pengawas konstruksi.

Pastor GTA meletakkan batu pertama. Jonckplot, S.J. Pada tanggal 11 Mei 1905, pembangunan gereja dimulai yang berlangsung kurang lebih tujuh bulan. Pemasangan salib pada gereja di Malang dilakukan pada tanggal 30 Desember 1905, sedangkan pemasangan patung Hati Kudus Yesus yang didatangkan dari Belanda dilakukan pada tahun 1906.

Kedua tower setinggi 33 meter tersebut merupakan IR. Albert Grunberg mulai membangun pada tanggal 3 Oktober 1930 dan memberkati Ny. Clemens van der Bas pada tanggal 14 Desember 1930. Lonceng gereja sebelum pendirian gereja tercatat memiliki berat 303 kg, diameter 78 cm dengan notasi A.

Lonceng kedua memiliki berat 185 kg dan diameter 65 cm. Kedua lonceng tersebut dibuat oleh Petit en Fritzen, sebuah pabrik pengecoran logam yang sangat terkenal di Arle-Riktall, Belanda.

Sayangnya, pada 27 November 1967, sebuah pesawat menabrak salib menara kiri. Beberapa menit kemudian, pesawat itu jatuh di Buring, menewaskan tiga penumpang.

Sekitar lima tahun lalu, Pemerintah Kota Malang menetapkan Gereja Hati Kudus Yesus sebagai situs cagar budaya bersama 32 bangunan lainnya. Kehadirannya berperan penting dalam perkembangan kota Malang. “Gereja ini menjadi saksi kehadiran umat Katolik sejak masa penjajahan Belanda di Kota Malang,” kata Agung H Buana, Sekretaris Panitia Ahli Cagar Budaya Kota Malang, dikutip merdeka.com, Rabu (10/04). /2024).

Meskipun berarsitektur Gotik, seperti kebanyakan gereja Gotik, denah bangunan gerejanya berbentuk persegi, bukan salib. Selain itu, tidak ada kamar jalur ganda atau semacamnya.

Hingga saat ini Gereja Kaiuthangan Hati Kudus Yesus masih menjadi simbol kota Malang. Wisatawan tidak pernah melewatkan untuk melihat dan mengunjungi gereja yang cerah ini. Suthiiaji, Wali Kota Malang saat itu, menjanjikan insentif bagi situs cagar budaya. Bisa dalam bentuk dana pemeliharaan atau pembebasan Pajak Bumi dan Bangunan (LBT).

Dorongan tersebut disebut sebagai upaya melestarikan bangunan bersejarah yang masih bertahan. Sebab, banyak bangunan bersejarah yang hilang, dibongkar, dan diubah fungsinya. “Kalau tidak kita perhatikan perlahan tapi pasti ini akan mati,” tegasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *